Oleh: Novrizal Juanda.
Arnold P. Toynbee, dalam bukunya The History of
Mankind, memaparkan hasil penelitiannya terhadap 26 peradaban, termasuk
masyarakat yang selalu tertindas, salah satu hasil kajiannya, dikatakan
akan selalu saja ada sekelompok (kecil) pemimpin bangsa itu yang membimbing
bangsanya dalam merespon tantangan yang ada dan mengatasinya. Alnold P. Toynbee
menyebutnya The Creative Minorities, menurut hemat saya salah satu The
Creative Minorities di Indonesia adalah mahasiswa, yang juga sering
dikatakan sebagai elit intelektual dan peran staretegisnya tak
terbantahkan dalam dinamika sejarah
bangsa.
Banyak orang keliru menganalisis seolah-olah kemajuan
dunia Barat hanya bertopang pada matematika, fisika atau kimia. Namun,
sesungguhnya kemampuan luar biasa dunia Barat berpijak pada kultur berabad-abad
pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat Yunani yang bertumpu pada
retorika. Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif,
seolah-olah retorika hanya seni propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus
bunyinya tetapi disangsikan kebenaran isinya. Padahal arti asli dari retorika
jauh lebih mendalam, yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio
dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan
pikiran. To be victorius lords in the batlle of minds. (Y.B. Mangunwijaya, dalam kang jalal
for enligment)
Kevin Hogan (2005), yang telah melakukan penelitian
kepada banyak orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang tinggi sehingga
berhasil dalam kehidupannya, mengatakan bahwa komunikasi memiliki cakupan makna
yang lebih luas daripada sekedar apa yang anda ucapkan. Komunikasi adalah
bagaimana anda “mengatakannya”. Komunikasi adalah tentang mendengarkan,
berbicara, dan bertindak untuk untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran anda
kepada orang lain.
Orang yang hebat adalah pendengar yang baik. misalnya
Bill Clinton yang dipercaya banyak orang memiliki niat yang baik bagi Amerika,
karena ia mau mendengar masukan banyak pihak setiap hari, tentang
bagaimana agar Amerika menjadi lebih baik, meski dalam kehidupan
pribadinya tak luput dari skandal dengan banyak wanita , namun banyak pihak
yang tidak meragukan niat baiknya terhadap Amerika sehingga mampu bertahan dari
impeachment .
Lebih lanjut Kevin Hogan mengutip pandangan Zig
Ziglar, salah satu motivasional hebat di dunia, mengatakan “Orang tidak peduli
berapa banyak yang anda ketahui, sampai mereka tahu seberapa Anda
peduli “. Artinya orang pada umumnya tidak hanya ingin sekedar
mendengarkan konsep-konsep dari para ahli pada bidang tertentu. Orang akan
antusias mendengarkan anda ketika mereka tahu betapa Anda peduli pada mereka.
Menurut survey terhadap 500 orang manajer, mengenai
pemimpin macam apa yang mereka dambakah, ternyata jawaban yang muncul adalah: “Pemimpin
yang menginspirasi.” Dari survei terpotret juga bahwa saat ini hanya 11
persen pemimpin yang dinilai mampu menginspirasi. Padahal, kita sangat sadar
kenyataan bahwa perusahaan akan lebih mudah meraih sukses di bawah pimpinan
yang menginspirasi. Kurangnya pemimpin yang berbobot di sekitar kita, bahkan di
negara kita, memang kita rasakan benar. Padahal, dalam suasana bisnis yang
kompetitif seperti sekarang ini dan negara yang tengah dilanda berbagai bencana
tim kerja membutuhkan energi lebih, di mana pemimpin berperan untuk senantiasa
mensuplai energi pada tim dengan memberi motivasi yang sehat serta inspirasi yang
tidak ada hentinya. (Eilen Rahman, Expert Consulting).
Tak ada dalam sejarah pemimpin inspiratif menggerakkan
tim dari balik meja kerjanya. Mahatma Gandhi, Winston Churchill, George Patton,
Mother Teresa adalah orang-orang lapangan. Menginspirasi memang lebih mudah
dilakukan dari tengah-tengah tim. Hubungan informal dan kontak personal sangat
berpengarüh pada mental bawahan.
Hanya pemimpin yang sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak
orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga
yang memungkinkan pemimpin untuk memotivasi bawahan secara personal, sesuai
dengan kekuatan dan kekhasan bawahannya.
Bawahan akan merasa “terangkat” dan seolah “superman’
yang merasa mampu berbuat lebih. Pemimpin yang inspiratif membuat bawahannya
menghargai dirinya sendiri seperti halnya ia menghargai perusahaan dan
pelanggannya. Dengan mengenali kekhasan bawahan, pemimpin yang inspiratif bisa
menjadi lebih dari sekedar ‘coach” yang baik, namun ia juga membimbing bawahan
untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, kemudian memberikan pengarahan dan
jalan keluar, juga prinsip profesional dan solusi permasalahan, bahkan sampai
filosofinya.
Ketika kita tanyakan kepada beberapa seorang bawahan
yang sangat setia kepada atasannya, padahal bisnis sedang merosot, maka jawaban
mereka sekadar, “Dengan Bapak, kita selalu bersama-sama, terlambat makan
sama-sama, makan enak sama-sama.” Alasan emosional inilah yang tampak lebih
solid daripada sekadar hubungan finansial. Upah memang menentukan kepuasan
kerja, namun pemimpin besar biasanya kreatif dalam menemukan cara yang tidak
biasa dalam memenuhi kebutuhan bawahannya, yaitu mempertimbangkan faktor-faktor
di luar kebutuhan yang basic, seperti respek dan prestis, untuk bisa mengangkat
semangat timnya dengan lebih baik.
Perkembangan teknologi serta globalisasi membuka
kesempatan yang jumlahnya tidak berbatas dan memberi kesempatan untuk para
pemimpin lebih asik, lebih passionate dalam mencermati minat dan sasarannya.
Hal ini juga yang mempermudah para pemimpin untuk menggambarkan visinya dengan
kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang lebih mudah dimengerti bawahan. Tidak
sulit bagi pemimpin sekarang menggambarkan visi se- menggelegar “I have a
dream.” – nya Martin Luther King. Passion jugalah yang membuat pemimpin
inspiratif tidak sekadar memikirkan “what’s in it for me” tetapi berobsesi pada
“big idea”—nya.
Amin Rais, dalam salah satu cermahnya mengatakan ada
beberapa karakteristik kepemimpinan yang ini mungkin lebih banyak ada dalam
kepribadian Ahmadinejad, ada dikepribadian Hugo Chaves dan Morales.
1. Berani mengambil resiko.
2. confident . Kita telah
merdeka selama 61 tahun, semestinya mempunyai rasa confident yang tinggi.
3. recognition .
4. burning antusiasm . Ada hamasah
, semangat yang selalu membara untuk membawa negeri ini kearah masa depan yang
lebih bagus.
5. situasi sosial harus memberi inspiration,
motivation .
6. dibutuhkan moralitas.
Salah satu kunci sukses bagi mahasiswa sebagai calon
pemimpin adalah kemampuan berbicara di depan publik, saat rapat,
presentasi, menawarkan proposal, mengarahkan tim, mengajar, berorasi,
meyakinkan, menginspirasi, memotivasi dan menggerakkan. Dengan memahami
komponen dasar komunikasi 1) komunikator (communicator), 2) komunikan (communicant),
3) Pesan/essensinya (content), 4) interaksi langsung-tdk langsung, 5)
media –benar / tepat, 6) tujuan komunikasi (mutual communication)
Secara teknis perlu mampu, mengidentifikasi dan
mengenali rasa gugup dan takut saat akan,dan saat sedang berbicara di depan
orang banyak, dengan berbagaipendekatan motivasional. Menghadapi,
mengendalikan, me-manage rasa gugup dan takut berbicara, dengan berbagai teknik
dan metode. Memfungsikan hukum alam yang powerful untuk kesuksesan Anda
.Mempersiapkan mental, materi dan audience untuk tampil percaya diri, dengan
tips dan trik yang kreatif dan mendorong kreatifitas. Memulai bicara dan
menyampaikan isi bicara, dengan meyakinkan, berpengaruh, menginspirasi dan
memotivasi. Selanjutnya harus latihan – latihan – latihan secara
berkelanjutan.***
Penulis Adalah : Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar