Minggu, 28 April 2013

Jadilah Pemimpin yang Komunikatif dan Inspiratif


Oleh: Novrizal Juanda.
Arnold P. Toynbee, dalam bukunya The History of Mankind, memaparkan hasil penelitiannya terhadap 26 peradaban, termasuk masyarakat yang selalu tertindas, salah satu hasil kajiannya, dikatakan  akan selalu saja ada sekelompok (kecil) pemimpin bangsa itu yang membimbing bangsanya dalam merespon tantangan yang ada dan mengatasinya. Alnold P. Toynbee menyebutnya The Creative Minorities, menurut hemat saya salah satu The Creative Minorities di Indonesia adalah mahasiswa, yang juga sering dikatakan sebagai elit  intelektual dan peran staretegisnya tak terbantahkan dalam dinamika sejarah bangsa.          
Banyak orang keliru menganalisis seolah-olah kemajuan dunia Barat hanya bertopang  pada matematika, fisika atau kimia. Namun, sesungguhnya kemampuan luar biasa dunia Barat berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat Yunani yang bertumpu pada retorika.   Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus bunyinya tetapi disangsikan kebenaran isinya. Padahal arti asli dari retorika jauh lebih mendalam, yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran. To be victorius lords in the batlle of minds. (Y.B. Mangunwijaya, dalam kang jalal for enligment)
Kevin Hogan (2005), yang telah melakukan penelitian kepada banyak orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang tinggi sehingga berhasil dalam kehidupannya, mengatakan bahwa komunikasi memiliki cakupan makna yang lebih luas daripada sekedar apa yang anda ucapkan. Komunikasi adalah bagaimana anda “mengatakannya”. Komunikasi adalah tentang mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran anda kepada orang lain.
Orang yang hebat adalah pendengar yang baik. misalnya Bill Clinton yang dipercaya banyak orang memiliki niat yang baik bagi Amerika, karena ia mau mendengar  masukan banyak pihak setiap hari, tentang bagaimana agar  Amerika menjadi lebih baik, meski dalam kehidupan pribadinya tak luput dari skandal dengan banyak wanita , namun banyak pihak yang tidak meragukan niat baiknya terhadap Amerika sehingga mampu bertahan dari impeachment .
Lebih lanjut Kevin Hogan mengutip pandangan Zig Ziglar, salah satu motivasional hebat di dunia, mengatakan “Orang tidak peduli berapa banyak yang anda ketahui, sampai  mereka tahu seberapa Anda peduli “. Artinya orang pada umumnya  tidak hanya ingin sekedar mendengarkan konsep-konsep dari para ahli pada bidang tertentu. Orang akan antusias mendengarkan anda ketika mereka tahu betapa Anda peduli pada mereka.
Menurut survey terhadap 500 orang manajer, mengenai pemimpin macam apa yang mereka dambakah, ternyata jawaban yang muncul adalah: “Pemimpin yang menginspirasi.” Dari survei terpotret juga bahwa saat ini hanya 11 persen pemimpin yang dinilai mampu menginspirasi. Padahal, kita sangat sadar kenyataan bahwa perusahaan akan lebih mudah meraih sukses di bawah pimpinan yang menginspirasi. Kurangnya pemimpin yang berbobot di sekitar kita, bahkan di negara kita, memang kita rasakan benar. Padahal, dalam suasana bisnis yang kompetitif seperti sekarang ini dan negara yang tengah dilanda berbagai bencana tim kerja membutuhkan energi lebih, di mana pemimpin berperan untuk senantiasa mensuplai energi pada tim dengan memberi motivasi yang sehat serta inspirasi yang tidak ada hentinya. (Eilen Rahman, Expert Consulting).
Tak ada dalam sejarah pemimpin inspiratif menggerakkan tim dari balik meja kerjanya. Mahatma Gandhi, Winston Churchill, George Patton, Mother Teresa adalah orang-orang lapangan. Menginspirasi memang lebih mudah dilakukan dari tengah-tengah tim. Hubungan informal dan kontak personal sangat berpengarüh pada mental bawahan.         Hanya pemimpin yang sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga yang memungkinkan pemimpin untuk memotivasi bawahan secara personal, sesuai dengan kekuatan dan kekhasan bawahannya.
Bawahan akan merasa “terangkat” dan seolah “superman’ yang merasa mampu berbuat lebih. Pemimpin yang inspiratif membuat bawahannya menghargai dirinya sendiri seperti halnya ia menghargai perusahaan dan pelanggannya. Dengan mengenali kekhasan bawahan, pemimpin yang inspiratif bisa menjadi lebih dari sekedar ‘coach” yang baik, namun ia juga membimbing bawahan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, kemudian memberikan pengarahan dan jalan keluar, juga prinsip profesional dan solusi permasalahan, bahkan sampai filosofinya.
Ketika kita tanyakan kepada beberapa seorang bawahan yang sangat setia kepada atasannya, padahal bisnis sedang merosot, maka jawaban mereka sekadar, “Dengan Bapak, kita selalu bersama-sama, terlambat makan sama-sama, makan enak sama-sama.” Alasan emosional inilah yang tampak lebih solid daripada sekadar hubungan finansial. Upah memang menentukan kepuasan kerja, namun pemimpin besar biasanya kreatif dalam menemukan cara yang tidak biasa dalam memenuhi kebutuhan bawahannya, yaitu mempertimbangkan faktor-faktor di luar kebutuhan yang basic, seperti respek dan prestis, untuk bisa mengangkat semangat timnya dengan lebih baik.
Perkembangan teknologi serta globalisasi membuka kesempatan yang jumlahnya tidak berbatas dan memberi kesempatan untuk para pemimpin lebih asik, lebih passionate dalam mencermati minat dan sasarannya. Hal ini juga yang mempermudah para pemimpin untuk menggambarkan visinya dengan kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang lebih mudah dimengerti bawahan. Tidak sulit bagi pemimpin sekarang menggambarkan visi se- menggelegar “I have a dream.” – nya Martin Luther King. Passion jugalah yang membuat pemimpin inspiratif tidak sekadar memikirkan “what’s in it for me” tetapi berobsesi pada “big idea”—nya.
Amin Rais, dalam salah satu cermahnya mengatakan ada beberapa karakteristik kepemimpinan yang ini mungkin lebih banyak ada dalam kepribadian Ahmadinejad, ada dikepribadian Hugo Chaves dan Morales.
1.    Berani mengambil resiko.
2.    confident . Kita telah merdeka selama 61 tahun, semestinya mempunyai rasa confident yang tinggi.
3.    recognition .
4.    burning antusiasm . Ada hamasah , semangat yang selalu membara untuk membawa negeri ini kearah masa depan yang lebih bagus.
5.    situasi sosial harus memberi inspiration, motivation .
6.    dibutuhkan moralitas.
Salah satu kunci sukses bagi mahasiswa sebagai calon pemimpin adalah kemampuan berbicara di depan publik, saat  rapat, presentasi, menawarkan proposal, mengarahkan tim, mengajar, berorasi, meyakinkan, menginspirasi, memotivasi dan menggerakkan. Dengan memahami komponen dasar komunikasi 1) komunikator (communicator), 2) komunikan (communicant), 3) Pesan/essensinya (content),  4) interaksi langsung-tdk langsung, 5) media –benar / tepat, 6) tujuan komunikasi (mutual communication)
Secara teknis perlu mampu, mengidentifikasi dan mengenali rasa gugup dan takut saat akan,dan saat sedang berbicara di depan orang banyak, dengan berbagaipendekatan motivasional. Menghadapi, mengendalikan, me-manage rasa gugup dan takut berbicara, dengan berbagai teknik dan metode. Memfungsikan hukum alam yang powerful untuk kesuksesan Anda .Mempersiapkan mental, materi dan audience untuk tampil percaya diri, dengan tips dan trik yang kreatif dan mendorong kreatifitas. Memulai bicara dan menyampaikan isi bicara, dengan meyakinkan, berpengaruh, menginspirasi dan memotivasi. Selanjutnya harus latihan – latihan – latihan secara berkelanjutan.***
Penulis Adalah : Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar